1. Pengertian Komunikasi Efektif
Komunikasi adalah
suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada
pihak lain. Menurut Hovland dalam Effendy (2005:10) komunikasi adalah proses
mengubah perilaku orang lain. Seseorang dapat mempengaruhi sikap, pendapat dan
perilaku orang lain apabila terjalin komunikasi yang komunikatif.
Komunikasi efektif
yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada
orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi. Komunikasi dengan orang
lain kadang sukses atau efektif mencapai maksud yang dituju, namun terkadang
juga gagal. Adapun makna komunikasi yang efektif menurut Effendy (2005) adalah
komunikasi yang berhasil menyampaikan pikiran dengan menggunakan perasaan yang
disadari. Sedangkan menurut Walter Lippman dalam Effendy (2005) bahwa
komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berusaha memilih cara yang tepat
agar gambaran dalam benak dan isi kesadaran dari komunikator dapat dimengerti,
diterima bahkan dilakukan oleh komunikan.
2.
Tujuan Komunikasi Efektif
a.
Memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara
pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh
pemberi informasi lebih jelas dan lengkap
b.
Dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi,
atau komunikan.
c.
Agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat
seimbang sehingga tidak terjadi monoton.
d.
Dapat melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.
e.
Menggerakan klien untuk melakukan atau merubah sesuatu
Secara singkat
dapat kita katakan bahwa tujuan komunikasi adalah mengharapkan pengertian,
dukungan, gagasan, dan tindakan komunikator dapat diterima oleh orang lain
(komunikasi). Sebagai tenaga kesehatan yang memiliki tanggungjawab sesuai
dengan tugas dan wewenangnya. Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan agar
pelayanan keperawatan yang diberikan dapat berjalan efektif. Kemampuan
komunikasi yang efektif ini merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh
perawat professional.
3. Syarat-syarat komunikasi efektif
Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif
antara lain :
a.
Menciptakan
suasana yang menguntungkan.
b.
menggunakan
bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
c.
pesan yang
disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak komunikan.
d.
Pesan dapat
menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat menguntungkannya.
e.
Pesan dapat
menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihak komunikan.
v Komunikasi verbal
efektif
Komunikasi verbal merupakan bentuk komunikasi
yang menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol-simbol verbal ini dapat
diwujudkan ke dalam bentuk lisan maupun tulisan. Unsur-unsur komunikasi secara
lisan dapat dilakukan oleh dua orang atau lebih melalui hubungan tatap muka
secara langsung tanpa ada jarak maupun peralatan yang menjadi medianya.
Unsur-unsur komunikasi lisan dapat terlihat pada kegiatan “ngobrol” yang
dilakukan oleh orang-orang ketika berada di kantor, sekolah, kampus, ataupun
tempat-tempat lainnya.
Selain secara lisan, unsur-unsur komunikasi
verbal juga dapat dilakukan melalui tulisan. Unsur-unsur komunikasi ini dapat
berupa surat-menyurat konvensional, surat elektronik (email), chatting, dan
lain sebagainya.
Yang perlu di perhatikan dalam komunikasi verbal
adalah
· Berlangsung secara
timbal balik.
· Makna pesan ringkas
dan jelas.
· Bahasa mudah
dipahami.
· Cara penyampaian
mudah diterima.
· Disampaikan secara
tulus.
· Mempunyai tujuan
yang jelas.
· Memperlihatkan
norma yang berlaku.
· Disertai dengan
humor.
v Komunikasi non
verbal
Yaitu komunikasi yang menggunakan mimik atau
bahasa tubuh dan merupakan unsur-unsur komunikasi dalam bentuk komunikasi yang
dilakukan tanpa menggunakan kata-kata, melainkan melalui simbol-simbol lainnya.
Dalam berkomunikasi dengan pasien, perawat harus menggunakan komunikasi non
verbal juga, seperti gerak tubuh, pandangan mata ke pasien, jarak dengan pasien,
postur, dan ekspresi wajah.
Selain dengan menggunakan bahasa
verbal,menggunakan mimik atau bahasa tubuh lebih memudahkan klien untuk
mengerti dan memahami dari maksud komunikasi yang perawat sampaikan. Sementara
itu, komunikasi non verbal dapat pula ditunjukkan dari hal-hal lain seperti
gaya berpakaian, potongan rambut, intonasi suara, hingga gaya berjalan.
Yang perlu
di perhatikan dalam komunikasi non verbal adalah :
· Penampilan visik.
· Sikap tubuh dan
cara berjalan.
· Ekspresi wajah.
· Sentuhan
5. Unsur-unsur Komunikasi
Untuk dapat
berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi, antara
lain:
v Komunikator.
Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada
komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh
dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi.
v Komunikan
Penerima (receiver) yang menerima pesan dari
komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.
v Media
Saluran (channel) yang digunakan untuk
menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun
non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa
mesin, sandi dan lain sebagainya
v Pesan.
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang
disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan
penerimaan pesan sangat berpengaruh
terhadap kesinambungan komunikasi
v Tanggapan/feedback.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai
respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed
back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.
Agar komunikasi
menghasilkan komunikasi yang efektif, seseorang harus memahami prinsip-prinsip
dalam berkomunikasi. Ada lima prinsip komunikasi yang efektif yang harus
dipahami. Lima prinsip tersebut disingkat dengan REACH, yaitu Respect, Empathy,
Audible, Clarity,dan Humble.Lima prinsip komunikasi yang efektif itu adalah
sebagai berikut:
o
Respect (sikap menghargai)
Respect adalah sikap menghargai setiap individu
yang menjadi sasaran pesan yang akan kita sampaikan. Berarti rasa hormat &
saling menghargai orang lain. Pada prinsipnya, manusia ingin dihargai dan dianggap
penting. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai
dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama.
o
Empathy (kemampuan mendengar)
Komunikasi yang efektif akan dengan mudah
tercipta jika komunikator memiliki sikap empathy. Empathy artinya kemampuan
seorang komunikator dalam memahami dan menempatkan dirinya pada situasi atau
kondisi yang dihadapi orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki
sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih
dulu sebelm didengarkan atau dimengrti oleh orang lain. Dengan memahami dan
mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan
kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan
orang lain. Sikap empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan
(message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver)
menerimanya.
o
Audible (dapat didengarkan atatu dimengerti dengan baik)
Audible mengandung arti dapat didengar atau dimengerti
dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahuluataupun
mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita
sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Penyampaian informasi agar mudah
diterima dapat menggunakan media yang cocok, sehingga penerima pesan
betul-betul mengerti apa yang disampaikan oleh pemberi informasi atau
komunikator.
o
Clarity
Clarity adalah kejelasan dari pesan itu sendiri
sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang
berlainan. Kesalahan penafsiran dapat menimbulkan berbagai dampak yang tidak
diinginkan. Clarity juga dapat diartikan sebagai keterbukaan dan tranparansi.
Harapannya dengan mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau
disembunyikan), maka dapat menimbulkan rasa percaya (trust) penerima pesan
terhadap pemberi informasi.
o
Humble (rendah hati)
Humble adalah sikap rendah hati untuk membangun
rasa saling menghargai. Prinsip kelima dalam membangun komunikasi yang efektif
adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan prinsip
pertama. Untuk membangun rasa menghargai orang lain biasanya didasari oleh
sikap rendah hati yang kita miliki.
7. Faktor yang mempengaruhi Komunikasi Efektif
Menurut Potter dan Perry (1993), proses
komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a.
Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan pasien,
perawat harus mengerti pengaruh dari perkembangan usia baik dari sisi bahasa
maupun proses fikir dari pasien tersebut. Karena tiap tahap perkembangan atau
umur klien yang berbeda mempunyai tingkat kemampuan memahami maksud dari isi
komunikasi yang perawat sampaikan.
b.
Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang
terhadap suatu kejadian atau peristiwa, dan dibentuk oleh harapan atau
pengalaman. Perbedaan persepsi antara perawat-pasien dapat mengakibatkan
terhambatnya komunikasi.
c.
Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku,
sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu
berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat
keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien.
d.
Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat
dipengaruhi oleh faktor budaya, dan budaya ini juga yang membatasi cara
bertindak dan berkomunikasi. Klien sebagai manusia pasti mempunyai budaya yang
berbeda-beda antara yang satu dan yang lain.
e.
Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu
kejadian. Ekspresi emosi seperti sedih, senang, dan terharu dapat mempengaruhi
orang lain dalam berkomunikasi. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan
keluarganya sehinnga perawat dapat memberikan asuhan keperawataan yang tepat.
f.
Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki gaya komunikasi
yang berbeda-beda. Menurut Tanned (1990); dalam Nurjannah, I (2005),
menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi.
g.
Pengetahuan
Pasien yang tingkat pengetahuannya rendah akan
sulit berespon dengan pertanyaan mengandung bahasa verbal dibanding dengan
orang yang tingkat pengetahuannya tinggi. Jadi perawat perlu untuk mengetahui
tingkat pengetahuan klien agar bisa berinteraksi dengan baik.
h.
Peran dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan
diantara orang yang berkomunikasi. Seorang perawat berkomunikasi dengan teman
sejawatnya pasti akan berbeda ketika berkomunikasi kepada kliennya. Jadi
seorang perawat harus bisa menggunakan gaya bahasa yang berbeda-beda pada lawan
bicaranya berdasarkan peran dan hubungan, terutama dengan klien.
i.
Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi
yang efektif. Lingkungan yang berisik dan tidak ada privasi pasti akan
mengganggu proses komunikasi perawat-klien.
j.
Jarak
Jarak dapat mempengaruhi proses komunikasi, jarak
tertentu akan memberikan rasa aman, kejelasan pesan, dan kontrol ketika
berkomunikasi. Maka perawat perlu memperhitungkan jarak berinteraksi dengan
klien.
8. Faktor yang mendukung dan tidak mendukung komunikasi efektif
Komunikasi adalah
penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient safety). Komunikasi
merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia.
Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami
oleh penerima mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.
v Faktor yang dapat mendukung komunikasi efektif :
a.
Dalam profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
b.
Komunikator merupakan peran sentral dari semua peran perawat yang ada.
c.
Kualitas komunikasi adalah faktor kritis dalam memenuhi kebutuhan
klien.
v Faktor yang tidak mendukung komunikasi efektif :
a.
Tanpa komunikasi yang jelas, dapat memberikan pelayanan keperawatan
yang tidak efektif.
b.
Tidak dapat membuat keputusan dengan klien/keluarga.
c.
Tidak dapat melindungi klien dari ancaman kesejahteraan.
d.
Tidak dapat mengkoordinasi dan mengatur perawatan klien serta
memberikan pendidikan kesehatan.
9. Langkah-langkah untuk membangun komunikasi yang efektif adalah sebagai berikut:
a.
Memahami Maksud dan Tujuan Berkomunikasi
b.
Mengenali Komunikan
c.
Menyampaikan Pesan dengan Jelas
d.
Menggunakan Alat Bantu yang Baik
e.
Memusatkan Perhatian
f.
Menghindari Gangguan Komunikasi
g.
Membuat Suasana yang Menyenangkan
h.
Menggunakan Bahasa Tubuh( body language) yang Benar
10. Aspek dalam membangun komunikasi yang efektif
§ Kejelasan
Dalam komunikasi harus menggunakan
bahasa secara jelas, sehingga mudah
diterima dan dipahami oleh komunikan.
§ Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut
penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.
§ Konteks
Maksudnya bahwa bahasa dan informasi yang
disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu
terjadi.
§ Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan
harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang
menerima informasi cepat tanggap
§ Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa
dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam
berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi,
baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan
kesalahan persepsi.
11. Komunikasi Efektif dalam Patient Safety
Standar akreditasi
RS 2012 SKP.2 / JCI IPSG.2 mensyaratkan agar rumah sakit menyusun cara
komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat
dipahami penerima. Hal itu untuk mengurangi kesalahan dan menghasilkan
perbaikan keselamatan pasien. Bentuk
komunikasi yang rawan kesalahan diantaranya adalah instruksi untuk
penatalaksanaan pasien yang diberikan secara lisan atau melalui telepon. Bentuk lainnya berupa pelaporan hasil tes
abnormal, misalnya petugas laboratorium menelepon ke ruang perawatan untuk
melaporkan hasil tes pasien. Rumah sakit perlu menyusun kebijakan dan atau
prosedur untuk mengatur pemberian perintah / pesan secara lisan dan lewat
telepon. Kebijakan dan atau prosedur itu
harus memuat:
a.
Perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dicatat si
penerima.
b.
Perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dibaca-ulang
si penerima.
c.
Perintah dan hasil tes dikonfirmasikan oleh individu si pemberi
perintah atau hasil tes.
d.
Pelaksanaan yang konsisten dari verifikasi tepat-tidaknya komunikasi
lisan dan lewat telepon.
e.
Alternatif yang diperbolehkan bila proses membaca-ulang tidak selalu
dimungkinkan, misalnya di ruang operasi dan dalam situasi darurat di bagian
gawat darurat atau unit perawatan intensif.
12. Komunikasi SBAR
Kerangka komunikasi
efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation), metode komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan
handover ke pasien. Komunikasi SBAR
adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam
menyampaikan kondisi pasien.
SBAR adalah metode terstruktur untuk
mengkomunikasikan informasi penting yang membutuhkan perhatian segera dan
tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan
keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan
serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau
berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam
situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan
untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya. Adapun
keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah:
a.
Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
b.
Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham
akan kondisi pasien.
c.
Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.
Metode SBAR sama
dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment, Recommendation. Komunikasi
efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan semua
tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Diharapkan
dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga
tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.
1.
Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?
a.
Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien;
b.
Diagnosa medis;
c.
Apa yang terjadi dengan pasien.
2.
Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan
dengan situasi?
a.
Obat saat ini dan alergi;
b.
Tanda-tanda vital terbaru;
c.
Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes
sebelumnya untuk perbandingan;
d.
Riwayat medis;
e.
Temuan klinis terbaru.
3.
Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat
a.
Apa temuan klinis?;
b.
Apa analisis dan pertimbangan perawat?;
c.
Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
4.
Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
a.
Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah?;
b.
Apa solusi yang bisa perawat tawarkan kepada dokter?;
c.
Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi
pasien?;
d.
Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?
Sebelum serah terima pasien, perawat harus
melakukan :
Ø Perawat mendapatkan
pengkajian kondisi pasien terkini.
Ø Perawat
mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi pasien
yang akan dilaporkan.
Ø Perawat memastikan
diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang harus dilanjutkan.
Ø Perawat membaca dan
memahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian perawat shift
sebelumnya.
Ø Perawat menyiapkan
medical record pasien termasuk rencana perawat harian.
Adapun contoh komunikasi efektif SBAR antar shift
dinas/ serah terima :
1.
Situation (S) :
· Nama : Tn.A umur 35
tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013 sudah 3 hari perawatan,
· DPJP : dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis : Gagal
ginjal kronik.
Masalah
keperawatan:
1.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2.
Background (B) :
· Pasien bedrest
total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24 jam.
· Mual tetap ada
selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
· Pasien program HD
2x seminggu Senin dan Kamis.
· Terpasang infuse
NaCl 10 tetes/menit
· Dokter sudah
menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik
· Diet : rendah
protein 1 gram
3.
Assesment (A) :
· Kesadaran
composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu 37 0C, RR 20 x/menit,
oedema pada ekstremitas bawah, tidak sesak napas, urine sedikit, eliminasi
faeses baik.
· Hasil laboratorium
terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
· Pasien masih
mengeluh mual.
4.
Recommendation (R) :
· Awasi balance
cairan
· Batasi asupan
cairan
· Konsul ke dokter
untuk pemasangan dower kateter
· Pertahankan
pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1 amp
· Bantu pasien
memenuhi kebutuhan dasar pasien
· Jaga aseptic dan
antiseptic setiap melakukan prosedur
Contoh
komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon :
a.
Situation (S) :
· Selamat pagi
Dokter, saya Alia Permata perawat Nusa Indah 2
· Melaporkan pasien
nama Tn G mengalami penurunan pengeluaran urine 40 cc/24 jam, mengalami sesak
napas.
b.
Background (B) :
· Diagnosa medis
gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013, program HD hari
Senin-Kamis.
· Tindakan yang sudah
dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang dower kateter, pemberian oksigen
3 liter/menit 15 menit yang lalu.
· Obat injeksi
diuretic 3 x 1 amp
· TD 150/80 mmHg, RR
30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema ekstremitas bawah dan asites
· Hasil laboratorium
terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
· Kesadaran
composmentis, bunyi nafas rongki.
c.
Assessment (A) :
· Saya pikir
masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
lebih
· Pasien tampak tidak
stabil
d.
Recommendation (R) :
· Haruskah saya mulai
dengan pemberian oksigen NRM ?
· Apa advise dokter?
Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump ?
· Apakah dokter akan
memindahkan pasien ke ICU?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar